Jumat, 25 Oktober 2013
Browse Manual »
Wiring »
mengerti
»
tidak
»
TIDAK MENGERTI
Alangkah malang nasib bangsa yang sudah tidak mengerti nilai-nilai
Yang tidak mengerti, dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti
Yang tidak mengerti, dan tidak mengerti dan tidak berupaya untuk mengerti
Sehingga ia melangkah ke sana ke mari dengan penuh percaya diri bahwa ia seolah-olah mengerti
Alangkah malang nasib bangsa yang buta matanya tak sembuh-sembuh
yang membuang-buang kebenaran dan membenar-benarkan kejahatan
Alangkah malang nasib bangsa
yang ilmunya kesesatan dan ruhnya kegelapan
yang sekolahannya kebodohan dan teknologinya kemubadziran
yang organisasinya penghancuran dan pembangunannya kesia-siaan
Alangkah menyedihkan nasib bangsa yang tidak pernah belajar
siapa sesungguhnya pemimpin mereka, dan siapa pengkhianat kehidupan mereka
Alangkah menggelikan nasib bangsa yang menjunjung-junjung berhala dan meyakininya sebagai Raja
Yang menyembah-nyembah bedil dan menganggapnya sebagai ratu adil
Alangkah perih nasib bangsa yang dibohongi, kemudian diberi harapan,
kemudian dibohonginya lagi, kemudian diberi harapan lagi,
namun kemudian ternyata dibohonginya lagi
Alangkah konyol nasib bangsa yang beramai-ramai
membenci harimau sambil menyerahkan nasibnya kepada buaya.
(Emha Ainun Nadjib/2004/ PmBNetDok)
TIDAK MENGERTI
Yang tidak mengerti, dan tidak mengerti bahwa ia tidak mengerti
Yang tidak mengerti, dan tidak mengerti dan tidak berupaya untuk mengerti
Sehingga ia melangkah ke sana ke mari dengan penuh percaya diri bahwa ia seolah-olah mengerti
Alangkah malang nasib bangsa yang buta matanya tak sembuh-sembuh
yang membuang-buang kebenaran dan membenar-benarkan kejahatan
Alangkah malang nasib bangsa
yang ilmunya kesesatan dan ruhnya kegelapan
yang sekolahannya kebodohan dan teknologinya kemubadziran
yang organisasinya penghancuran dan pembangunannya kesia-siaan
Alangkah menyedihkan nasib bangsa yang tidak pernah belajar
siapa sesungguhnya pemimpin mereka, dan siapa pengkhianat kehidupan mereka
Alangkah menggelikan nasib bangsa yang menjunjung-junjung berhala dan meyakininya sebagai Raja
Yang menyembah-nyembah bedil dan menganggapnya sebagai ratu adil
Alangkah perih nasib bangsa yang dibohongi, kemudian diberi harapan,
kemudian dibohonginya lagi, kemudian diberi harapan lagi,
namun kemudian ternyata dibohonginya lagi
Alangkah konyol nasib bangsa yang beramai-ramai
membenci harimau sambil menyerahkan nasibnya kepada buaya.
(Emha Ainun Nadjib/2004/ PmBNetDok)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar